Jepang kini tengah merencanakan langkah baru untuk meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata. Dengan adanya berbagai kebijakan, mereka berupaya menarik lebih banyak wisatawan asing ke negara tersebut.
Demi mencapai tujuan itu, Jepang mempertimbangkan penerapan sistem skrining pra-perjalanan daring yang dikenal dengan nama JESTA. Program ini diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan yang stabil sembari menjaga keamanan negara.
Pemerintah Jepang di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Sanae Takaichi semakin fokus pada pengembangan infrastruktur pariwisata. Salah satu langkah signifikan adalah pengenalan biaya sekitar 2.000 hingga 3.000 yen bagi setiap turis yang akan mengunjungi Jepang.
Langkah ini sejalan dengan rencana meluncurkan program otorisasi perjalanan elektronik pada tahun fiskal 2028. Proyeksi menunjukkan bahwa pengunjung yang datang ke Jepang akan mencapai lebih dari 40 juta orang dalam periode tersebut.
Penerapan Sistem Skrining Pra-perjalanan Daring di Jepang
JESTA dirancang untuk memperketat kontrol masuk ke Jepang, terutama bagi negara yang tidak memerlukan visa bagi turis jangka pendek. Dengan adanya program ini, pemerintah berharap bisa menekan potensi ancaman terorisme dan perekrutan ilegal.
Sumber dari kalangan internal menjelaskan bahwa program ini juga bertujuan untuk memberikan rasa aman bagi wisatawan yang berkunjung. Sehingga, mereka dapat menikmati pengalaman berlibur dengan lebih tenang dan nyaman.
Melalui sistem baru ini, Jepang berusaha memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dalam pemeriksaan keamanan. Di sisi lain, biaya yang dikenakan diharapkan dapat menjadi alternatif pendapatan bagi pemerintah.
Perbandingan dengan Kebijakan di Negara Lain
Jepang tidak sendirian dalam menciptakan sistem serupa, sebab negara-negara seperti Amerika Serikat dan Kanada telah menerapkan program analog. Di sana, biaya yang dikenakan berkisar antara 1.000 hingga 6.000 yen.
Pentingnya mempertimbangkan kebijakan internasional juga menjadi faktor utama dalam pengembangan sistem ini. Dengan melihat pengalaman negara lain, Jepang berharap bisa menghindari kesalahan yang sama dan menerapkan langkah-langkah yang lebih efektif.
Rancangan undang-undang terkait sistem skrining ini pun akan dibahas di parlemen dalam waktu dekat. Para legislator diharapkan bisa memberikan dukungan kuat demi kelancaran penerapan kebijakan tersebut.
Dampak Keputusan Terhadap Sektor Pariwisata
Implementasi JESTA berpotensi memberi dampak besar pada sektor pariwisata Jepang. Para pelaku industri pariwisata berharap bahwa kebijakan ini mampu mendatangkan lebih banyak pengunjung, terutama dari negara-negara yang merupakan mitra strategis.
Di samping itu, pendapatan yang diperoleh dari sistem ini rencananya akan digunakan untuk dukungan darurat bagi wisatawan asing saat menghadapi bencana. Hal ini menunjukkan kepedulian pemerintah Jepang terhadap keselamatan para pengunjung.
Reaksi masyarakat terhadap rencana ini pun beragam, ada yang menganggapnya langkah positif. Namun, beberapa orang meragukan apakah biaya tambahan ini dapat diterima oleh wisatawan di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu.
Pemerintah Jepang telah menggarap serius rencana menaikkan biaya visa bagi penduduk tetap. Kenaikan tersebut dianggap drastis, karena bisa mencapai sepuluh kali lipat dari biaya visa sebelumnya, menimbulkan berbagai opini di masyarakat.
Pemahaman akan efek dari penyesuaian ini penting agar wisatawan merasa nyaman saat berkunjung ke Jepang. Transparansi dalam informasi akan membantu menciptakan kepercayaan diri dari calon pengunjung.




