Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin mendominasi kehidupan sehari-hari, terutama melalui platform media sosial. Namun, saat ini, muncul kekhawatiran baru terkait kontrol atas algoritma dan data melalui aplikasi seperti TikTok, yang telah menjadi sorotan dunia karena keterlibatannya dalam agenda politik yang lebih luas.
Mencuatnya isu ini berkaitan dengan kepemilikan baru TikTok, di mana Larry Ellison, salah satu miliarder teknologi terkemuka, mengambil alih peran kunci dalam pengelolaan platform tersebut. Banyak pengamat meragukan niat di balik akuisisi ini dan dampaknya terhadap kebebasan berpendapat di dunia maya.
Akuisisi TikTok tidak hanya mencerminkan persaingan di antara raksasa teknologi, tetapi juga menyoroti bagaimana kekuasaan besar dapat mengubah dinamika informasi global. Dalam konteks ini, kontrol terhadap narasi dan algoritma menjadi sangat strategis.
Akuisisi Kontroversial TikTok: Antara Keamanan dan Agenda Politik
Kesepakatan yang dilakukan antara Larry Ellison dan konsorsium Oracle menciptakan kepemilikan baru bernama TikTok USDS Joint Venture LLC. Struktur kepemilikan ini mencatat bahwa konsorsium tersebut mengawasi 80,1 persen saham, sementara ByteDance hanya tersisa 19,9 persen.
Langkah ini bukan sekadar langkah bisnis, tetapi menciptakan pandangan baru tentang siapa yang mengontrol informasi yang diakses oleh masyarakat. Dengan ancaman pembungkaman suara-suara kritis, isu-isu penting seperti hak asasi manusia dan isu Palestina dapat terpinggirkan.
Dalam konteks ini, marak terjadi dugaan bahwa pengaruh Israel akan semakin mendominasi narasi yang berkembang di platform tersebut. Sorotan utama kini tertuju pada apakah algoritma TikTok akan digunakan untuk membatasi informasi yang tidak sejalan dengan agenda tertentu.
Pentingnya Transparansi dalam Pengelolaan Algoritma dan Data
Seiring dengan meningkatnya kekuasaan yang dimiliki oleh Larry Ellison dan konsorsium baru, munculnya kebutuhan akan transparansi dalam pengelolaan algoritma menjadi sangat mendesak. Ketika algoritma dikendalikan oleh individu atau entitas tertentu, potensi penyalahgunaan menjadi hal yang patut dicemaskan.
Transparansi dalam algoritma sangat penting untuk memastikan bahwa platform media sosial tidak bertindak sebagai alat untuk memanipulasi opini publik. Ini juga mendorong perlunya regulasi yang lebih ketat terkait pengelolaan data pengguna.
Jika berbagai pihak tidak dilibatkan dalam pengawasan ini, maka penggunaan algoritma dapat berpotensi menciptakan informasi yang bias dan hanya mewakili kepentingan tertentu. Langkah-langkah pencegahan perlu diambil agar platform tetap menjadi tempat yang aman untuk berdiskusi dan berbagi informasi.
Risiko Potensial Bagi Kebebasan Berpendapat
Pergeseran kekuasaan di TikTok bisa berdampak negatif bagi kebebasan berpendapat di dunia maya. Dengan kontrol baru, ada kemungkinan bahwa cerita atau sudut pandang yang tidak sejalan dengan kepentingan pemilik akan dihapus atau dibatasi. Hal ini menciptakan lingkungan yang tidak sehat bagi dialog terbuka.
Kekhawatiran akan “Israelisasi” algoritma bukanlah tanpa alasan. Ketika pemilik memiliki agenda politik yang jelas, akan ada tekanan untuk menyesuaikan konten dengan nilai-nilai tertentu yang diinginkan. Masyarakat berisiko kehilangan akses pada beragam perspektif yang penting dalam memahami isu global.
Melahirkan potensi penyebaran disinformasi juga menjadi risiko nyata ketika algoritma dikelola tanpa pengawasan yang ketat. Oleh karena itu, penting bagi pengguna untuk menyadari bagaimana konten yang mereka konsumsi dipilih dan oleh siapa.
Kendala-kendala ini menuntut pengguna untuk lebih kritis dalam menyikapi informasi yang disediakan oleh TikTok dan platform sejenis. Sikap skeptis ini akan membantu membentuk pemahaman yang lebih baik tentang dampak dari kebijakan perusahaan terhadap kehidupan sehari-hari mereka.
Dengan keraguan tentang kontrol algoritma, saatnya bagi masyarakat untuk bersikap lebih proaktif dalam menuntut transparansi dari penyedia layanan media sosial. Tanpa langkah konkret dari pengguna, potensi untuk menghadapi pembungkaman narasi yang kritis akan semakin meningkat.
Perkembangan ini mengingatkan kita akan pentingnya peran individu dalam menuntut kebebasan berpendapat dan akses informasi yang jelas tanpa manipulasi. Masa depan platform media sosial seperti TikTok akan sangat bergantung pada kesadaran dan tindakan pengguna dan pemerintah dalam mengawasi hal ini.




