loading…
Isaac Newton. FOTO/ IFL SCIENCE
LONDON – Merujuk kepada keahlian luar biasa Isaac Newton di bidang fisika dan matematika, banyak orang mungkin tidak menyadari sisi lain dari sosoknya yang cukup kontroversial. Selain dikenal sebagai ilmuwan besar, Newton memiliki pemikiran dan perilaku yang dapat dianggap aneh pada zamannya.
Sebagai contoh, ada catatan tentang bagaimana dia mengancam akan membakar rumah ibunya, serta eksperimen aneh yang melibatkannya menusukkan jarum ke bola mata sendiri. Hal-hal ini menunjukkan bahwa meskipun dia adalah pionir dalam sains, sisi kehidupannya pun cukup menarik untuk ditelusuri.
Pada masa yang sama, ketertarikan Newton pada alkimia dan okultisme menunjukkan bahwa dia tidak hanya terjebak dalam dunia fisika. Ia juga sangat tertarik dengan ramalan dan asumsi tentang masa depan, termasuk prediksi tentang kiamat yang didasarkan pada interpretasi alkitabiah.
Minat Isaac Newton Terhadap Okultisme dan Kiamat
Pada abad ke-17, ketika banyak ilmuwan berfokus pada pengamatan empiris dan rasionalitas, Newton justru melibatkan dirinya dalam studi metafisika dan okultisme. Ia memandang alkimia sebagai upaya untuk memahami rahasia alam semesta dan potensi transformasi. Dalam pandangan Newton, alkimia bukanlah sekadar doktrin kuno, tetapi sarana untuk menjangkau kebenaran yang lebih tinggi.
Salah satu fokus utama Newton dalam kepercayaan ini adalah prediksi mengenai akhir zaman. Ada catatan yang menunjukkan bahwa ia berusaha memproyeksikan waktu akan terjadinya kiamat melalui hitung-hitungan angka. Dalam konteks ini, ia menolak pemahaman yang terbatas dan berusaha menghubungkan berbagai elemen dari teologi dan sains.
Berlandaskan pada interpretasi kitab suci, Newton membuat spekulasi tentang masa depan, meskipun banyak dari pemikirannya ini bersifat pribadi dan tidak dimaksudkan untuk publikasi. Dia sering merasa terinspirasi oleh angka-angka tertentu dalam teks-teks kuno dan berusaha menemukan makna yang lebih dalam dari yang terlihat.
Pemikiran Matematis dan Prophecies Kiamat Newton
Sebuah catatan menarik yang ditemukan menunjukkan bahwa Newton menulis tentang “kepadatan waktu” dan mengandalkan perhitungan matematis untuk mendukung klaimnya tentang kiamat. Di antara analisanya, ia merujuk kepada tahun 2060 sebagai kemungkinan tahun akhir. Hal ini tentu menimbulkan tanya bagi banyak orang tentang metode dan logika di balik penetapan angka tersebut.
Newton sendiri mengindikasikan bahwa perhitungan ini bukan sekadar angan-angan, tetapi terhubung dengan peristiwa-peristiwa historis tertentu, seperti kehancuran Yerusalem pada tahun 70 M. Dia berargumen bahwa nubuatan dalam kitab suci memiliki titik awal dari peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah.
Melalui tulisan tangan dan perhitungan matematis yang rumit, Newton membuat ikatan antara astronomi, waktu, dan ramalan. Pendekatan ini menuai banyak penilaian, baik dari rekan-rekannya yang mungkin melihatnya sebagai pemikiran yang kontroversial, maupun dari generasi berikutnya yang berusaha memahami kompleksitas pandangan seorang jenius seperti Newton.
Dampak dan Legacy Pemikiran Newton dalam Ilmu Pengetahuan
Sementara Newton dihormati sebagai pendiri mekanika klasik dan banyak aspek fisika modern, pemikirannya tentang okultisme dan pertanyaan mengenai waktu dan kiamat memberikan dimensi baru bagi warisannya. Catatan-catatan tentang pandangannya dalam hal ini memungkinkan studi interdisipliner antara sains dan humaniora.
Melihat kembali ke masa itu, kita bisa mempelajari cara pandang seorang ilmuwan yang berusaha menghubungkan pengetahuan teknis dengan spiritualitas dan kebangkitan kegaiban. Hal ini memberi contoh bagi generasi baru dalam mengeksplorasi batasan pengetahuan manusia.
Contohnya, diskusi tentang bagaimana alkimia dan sains bersinggungan sering kali dibahas di banyak forum akademis. Penglibatan praktis Newton dalam kedua bidang ini menunjukkan bahwa kemajuan dalam sains tidak selalu terpisah dari konteks budaya dan spiritual yang lebih luas.