Balai Yasa Manggarai yang bertanggung jawab atas modifikasi KA Matarmaja itu menggunakan tipe captain seat dengan kapasitas 72 kursi per kereta. Dengan desain lega dan modern, pelanggan dapat menikmati kenyamanan ekstra sepanjang perjalanan melintasi kota-kota besar di Jawa, mulai dari Jakarta, Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, Madiun, hingga Malang.
KA Matarmaja memiliki sejarah panjang, diluncurkan pada 1976 sebagai KA Maja, kemudian diperkuat KA Tatar di era 1980-an, hingga akhirnya resmi bernama KA Matarmaja pada 28 September 1983. Lebih dari 40 tahun kemudian, Matarmaja tetap jadi kereta andalan masyarakat.
Tahun lalu, KA ini melayani 705.161 pelanggan. Pada periode Januari–Agustus 2024, tercatat 473.463 pelanggan, sedangkan pada periode yang sama di 2025 meningkat jadi 500.403 pelanggan, atau naik 5,7 persen. Dalam perjalanannya, kereta ini melalui sederet stasiun pemberhentian utama, yakni Malang, Malang Kotalama, Kepanjen, Blitar, Tulungagung, Kediri, Nganjuk, Madiun, Solojebres, Semarang Poncol, Pekalongan, Tegal, Cirebon Prujakan, Bekasi, Jatinegara, serta Pasar Senen.
Keunggulan Desain dan Kenyamanan KA Matarmaja yang Baru
Pengembangan desain KA Matarmaja menunjukkan visi modern yang memprioritaskan kenyamanan penumpang. Dengan kursi tipe captain seat, setiap penumpang dapat merasa lebih nyaman selama berjam-jam perjalanan.
Tata letak interior kereta sangat diperhatikan, memberikan ruang yang cukup bagi penumpang untuk bergerak. Dengan suasana yang lebih lega, perjalanan tidak lagi terasa sesak, membuat pengalaman perjalanan menjadi menyenangkan.
Sistem pencahayaan yang baik dan ventilasi yang optimal juga menjadi bagian dari peningkatan ini. Penumpang dapat menikmati pencahayaan alami saat siang hari, dan suasana hangat saat malam tiba melengkapi pengalaman perjalanan.
Rute dan Stasiun Pemberhentian yang Menarik
KA Matarmaja menawarkan rute yang menghubungkan sejumlah kota besar di Pulau Jawa. Kereta ini menghubungkan daerah yang kaya akan budaya, mulai dari Yogyakarta yang terkenal dengan sejarahnya hingga Malang yang terkenal dengan wisata alam.
Setiap stasiun pemberhentian memberikan kesempatan bagi penumpang untuk menjelajah lebih jauh. Misalnya, stasiun di Blitar terkenal dengan situs bersejarahnya, sementara Kediri dikenal dengan kuliner lokal yang menggugah selera.
Dengan kereta ini, penumpang tidak hanya mendapatkan transportasi, tetapi juga kesempatan untuk menikmati keindahan dan keragaman budaya Jawa. Perjalanan menjadi lebih dari sekadar tren; ia mengajak untuk merasakan suasana daerah yang dilalui.
Statistik dan Peningkatan Jumlah Penumpang yang Signifikan
Statistik menunjukkan bahwa KA Matarmaja semakin populer di kalangan masyarakat. Pada tahun lalu, jumlah penumpang mencapai lebih dari 700 ribu, menunjukkan minat yang terus meningkat terhadap layanan ini.
Pada tahun 2025, kenaikan jumlah penumpang sebesar 5,7 persen menjadi pencapaian yang menggembirakan. Hal ini mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh KA Matarmaja.
Tren positif ini menunjukkan bahwa kereta api tetap menjadi pilihan utama bagi banyak orang yang ingin bepergian antar kota. Ini juga menandakan bahwa budaya transportasi kereta api di Jawa semakin menguat.